الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ،
وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ،
وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ
الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ
أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقوا اللهَ وأَصلِحوا
أَمْرَ دِينِكم ومعَاشِكم، وتَفكَّروا فِي مَصِيرِكم ومَآلِكم.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا
اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum
muslimin, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah
Khatib
mewasiatkan kepada diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa
bertakwa kepada Allah, dalam keadaan sendiri ataupun di tengah keramaian, dalam
keadaan senang maupun susah, dalam keadaan diberi ataupun diuji, karena takwa
adalah sebaik-baik bekal bagi kita ketika menghadap Allah kelak.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah
Pada
kesempatan yang berbahagia ini, Khatib ingin menyampaikan bagaimana caranya
agar kita mudah memaafkan orang lain, dan melapangkan dada kita, Agama kita
sangat mengajurkan untuk memaafkan orang lain. Di antara bukti anjuran itu
adalah Allah janjikan surga yang luasnya seluas langit dan bumi untuk orang
yang memaafkan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ
مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ
وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133-134)
Namun
pada praktikknya, bersabar dan memaafkan gangguan orang lain ini bukanlah
perkara yang mudah. Bagi kita bersabar atas musibah samawiyah seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, rasa sakit
yang kita derita, dll. Musibah seperti ini relatif lebih mudah bagi kita untuk
bersabar, tetapi kalau musibah itu ditimbulkan akibat gangguan orang lain lebih
sulit bagi kita untuk bersabar. Mudah-mudahan dengan apa yang akan khatib
sampaikan mengenai tujuh sikap untuk meraih predikat pemaaf ini tertanam di
hati kita, maka kita akan lebih mudah untuk memaafkan orang lain.
Kaum
muslimin yang dirahmati Allah.
Pertama:
Sikap yang pertama adalah kita meyakini bahwa perbuatan orang kepada kita
adalah bagian dari takdir Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang Dia tetapkan untuk kita. Allah-lah yang menciptakan
perbuatan para hamba, sebagaimana dalam firman-Nya,
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
“Dan
Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS.
Ash-Shaffat: 96)
Oleh
karena itu, kita pandang perbuatan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh
orang-orang kepada kita adalah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita. Dan sebagai hamba Allah, kita
menerima dan beriman kepada takdir yang Allah tetapkan.
Kedua: Ingatlah
bahwa kita banyak melakukan perbuatan dosa.
Dan
musibah ini terjadi juga karena disebabkan dosa-dosa kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan
orang-orang berbuat aniaya kepada kita karena perbuatan dosa yang kita lakukan.
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Oleh
karena dosa-dosa yang kita lakukan, maka wajar ada orang yang berbuat aniaya
kepada kita. Allah menakdirkan hal tersebut sebagai pengingat bagi kita yang
banyak melakukan dosa atau juga sebagai balasan karena kita pernah berbuat
aniaya kepada orang lain.
Ketiga:
Tanamkan pada diri kita bahwa bersabar dan memaafkan mendatangkan pahala yang
sangat besar.
Di
antara pahala tersebut adalah Allah katakan orang yang sabar itu bersama Allah.
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang sabar
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)
فَمَنْ عَفَا
وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Maka
barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan)
Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)
Inilah
beberapa ayat yang menjanjikan pahala yang begitu luas bagi orang-orang yang
memaafkan.
Keempat:
Hendaklah kita tanamkan di jiwa kita sebuah prinsip bahwa balasan itu
tergantung bentuk perbuatannya.
Ketika
kita sadar bahwa kita adalah orang yang banyak berbuat dosa kepada Allah
Ta’ala, baik disebabkan oleh hati kita, lisan kita, atau anggota badan
kita, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, maka tentunya kita
akan amat sangat butuh ampunan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Dengan kita memberikan maaf kepada orang-orang yang telah
bersalah kepada kita, orang-orang yang bersifat buruk kepada kita, dengan
amalan ini kita berharap Allah pun mengampuni kita atas perbuatan dosa
kita dan aniaya kita terhadap diri sendiri.
Kelima:
Tidak membalas perbuatan aniaya orang lain kepada kita adalah sunnah Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keenam :
Jika kita mampu untuk mengendalikan diri kita untuk tidak membalas, perbuatan
ini adalah sebuah kebaikan yang besar.
Ketujuh:
Perbuatan membalas dendam akan menyeret kita melakukan aniaya kepada orang
lain.
Mudah-mudahan
ketujuh sikap ini sangat membantu kita agar kita mudah memaafkan kesalahan
orang yang telah berbuat salah kepada kita, yang telah berbuat jahat kepada
kita, demi meraih ganjaran yang lebih besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan surga
Allah melalui modal mudah memaafkan siapa saja yang berbuat salah kepada kita.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ
يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ
اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ
لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ.
اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ
وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ
اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !!
اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ
مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ
بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا
وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ. وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا
وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ
سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا
مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ
لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar